Minggu, 02 Desember 2012

FILSAFAT DAN PENDIDIKAN


           Keuntungan bagi seseorang yang belajar filsafat memang sangat banyak dan sangat penting bagi orang tersebut dalam menghadapi permasalahan dalam kehidupannya. Kehidupan manusia itu memang kodratnya penuh dengan masalah. Masalah begitu banyak dan bervariasi. Dan terkadang dalam menghadapi masalah kita dihadapkan oleh beberapa pilihan, dan kita harus memilih. Nah, bagi seseorang yang belajar filsafat, apapun itu masalahnya, seberat apapun itu masalahnya, atau sebesar apapun itu masalahnya, dia akan menyadari bahwa masalah yang dia hadapi sebenarnya adalah masalah kecil, dan pasti dapat terselesaikan dengan baik. Kenapa orang yang belajar filsafat mempunyai keyakinan seperti itu? Ya...karena orang yang belajar filsafat selalu menggunakan landasan hati atau spiritual, dan menggunakan pikirannya dalam menghadapi segala permasalahan tersebut. Dia mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dalam mengambil keputusan, karena dia telah melakukan ikhtiarnya seoptimal yang bisa dia lakukan dan kemudian dia serahkan segalanya kepada Allah, karena dia menyadari bahwa Allah pasti memberikan jalan terbaik untuk setiap masalah yang dia hadapi. 
Tidak munafik, bahwa kekusaan terbesar di dunia yang sering disimbolkan dengan negara amerika, sangat mempengaruhi negara-negara lain, dan kekuasaan tersebut sering disebut dengan nama sang Powernow. Powernow menggunakan teknologi untuk menjajah ketidakberdayaan masyarakat, termasuk masyarakat indonesia. Begitu banyaknya permasalahan-permasalahan yang telah dipaparkan di atas, salah satu diantaranya adalah masalah pendidikan. Dan melalui pendidikan pula, sang Powernow melancarkan aksinya. Bagaimana jadinya jika pendidikan yang seharusnya membentuk karakter atau menjadikan seorang anak lebih baik, telah dicampuri hal-hal lain yang mengatasnamakan pendidikan? Akan berbahaya jika orang-orang yang tidak mamahami pendidikan kemudian terlibat jauh dalam menentukan pendidikan suatu bangsa, bahakan lebih berbahaya lagi jika aturan yang diterapkan orang-orang itu ditiru oleh bangsa-bangsa lain.
Dalam pendidikan matematika, juga mempunyai masalah yang sama. Akan berbahaya jika orang-orang yang tidak memahami pendidikan dengan baik menentukan pendidikan matematika. Yang sering terjadi pada bangsa kita adalah seorang matematikawan murni yang menganggap enteng masalah pendidikan. Jika kurikulum pendidikan dibuat dengan tidak berdasar pada pengetahuan mengenai pendidikan itu sendiri, maka akan berakibat tidak baik bagi kelangsungan pendidikan dalam suatu bangsa. Misalnya, hal yang kita temui adalah seorang anak yang kehilangan intuisinya sejak dari kecil. Padahal perlu kita tahu bahwa intuisi seorang anak adalah 80% dari dirinya sendiri. Seorang matematikawan murni yang tidak mengetahui dan memahami dunia pendidikan, sebaiknya tidak terlalu jauh dalam terlibat pada pendidikan, karena dunia pendidikan sangat kompleks dan tidak bisa dijalani dengan pemikiran matematika murni. Pendidikan matematika tidak bisa dilakukan dengan cara mempelajari matematika dulu, kemudian beberapa bulan di ajarkan tentang ilmu pendidikan. Karena belajar tentang pendidikan matematika itu perlu proses dan tidak bisa secara instan.
Jika kita melihat sistem pendidikan di negara Amerika, terdapat program untuk menjadikan anak kecil dapat berpikir matematika selayaknya orang dewasa. Meskipun hal ini baik dalam hal pure matematikanya, tetapi hal ini tidaklah baik untuk perkembangan psikologi dan mental siswa yang pada akhirnya akan menjauhkan mereka dari kehidupan sosial anak-anak. Karena seorang anak pun membutuhkan waktu untuk bermain dan menikmati indahnya masa kecil. Sayangnya, Indonesia juga terlihat meniru gaya kehidupan pendidikan negara Amerika. Lalu, bagaimana nasib anak-anak Indonesia kelak ketika semenjak kecil kondisi psikologis dan mentalnya sudah tidak baik? Dan bagaimana nasib bangsa kita jika calon-calon pemimpinnya tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang jauh dari lingkungan sosial. Apakah bisa memimpin bangsa itu dengan baik? itulah yang menjadi pertanyaan besar bagi kita.
Isu dan wacana di Indonesia yang sekarang sering dibicarakan adalah mengenai kurikulum selanjutnya yang akan dibuat dengan basis teknologi. Ini mungkin akan berat bagi siswa-siswa dan para guru.  Itulah salah satu akibat dari jauhnya keterlibatan orang-orang yang bukan dari lingkungan pendidikan atau orang-orang yang tidak memahami pendidikan dengan baik. Lalu dimana posisi orang-orang pendidikan kita? Akan dibawa kemana pendidikan kita? Dan apa yang bisa dilakukan orang-orang yang paham tentang pendidikan akan hal ini?
Seperti yang kita tahu, bahwa masalah korupsi, narkoba, politik, perang, kerusuhan, bukan ranahnya anak kecil untuk memikirkannya. Itu adalah masalah yang perlu dipikirkan oleh orang dewasa. Tetapi kita juga tahu, bahwa sebagian dari hal-hal tersebut telah dimasukkan dalm kurikulum pendidikan. Mungkin tujuannya memang agar anak tahu sedini mungkin tentang masalah-masalah tersebut. Tetapi sebaiknya bukan dengan cara memasukkannya ke dalam kurikulum pendidikan, karena seperti yang tadi dikatakan bahwa permasalahan-permasalahan bukan ranahnya anak-anak. Dan tidak perlu untuk dimasukkan dalam kurikulum pendidikan.
Jika kita merenungkannya, kita akan menyadari bahwa bangsa Indonesia itu memang sedang sakit. Dari segi politik, ekonomi, sosial dsb. Termasuk juga dengan pendidikan. Pendidikan kacau karena politiknya kacau. Sedangkan politik itu kacau karena tidak konsisten. Dan terjadinya ketidakkonsistenan adalah karena mudah tergoda atau mudah terpengaruh. Problem bangsa ini adalah bangsa yang sedang mencari jati diri dan belum ketemu juga jati diri bangsa ini. Dan karena Indonesia ini sangatlah luas, maka memang sulit juga penanganannya. Katanya indonesia ini adalah negara demokrasi, tetapi pada kenyataannya untuk bidang pendidikan belum bisa dikatakan demokrasi. Memang jika berbicara permasalahan-permasalahan pendidikan di Indonesia tidak akan ada habisnya. Tetapi yang menjadi tugas kita adalah memikirkan dan melaksanakan upaya-upaya untuk perbaikan pendidikan di masa depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar