Keuntungan
bagi seseorang yang belajar filsafat memang sangat banyak dan sangat penting
bagi orang tersebut dalam menghadapi permasalahan dalam kehidupannya. Kehidupan
manusia itu memang kodratnya penuh dengan masalah. Masalah begitu banyak dan
bervariasi. Dan terkadang dalam menghadapi masalah kita dihadapkan oleh
beberapa pilihan, dan kita harus memilih. Nah, bagi seseorang yang belajar
filsafat, apapun itu masalahnya, seberat apapun itu masalahnya, atau sebesar
apapun itu masalahnya, dia akan menyadari bahwa masalah yang dia hadapi
sebenarnya adalah masalah kecil, dan pasti dapat terselesaikan dengan baik.
Kenapa orang yang belajar filsafat mempunyai keyakinan seperti itu? Ya...karena
orang yang belajar filsafat selalu menggunakan landasan hati atau spiritual,
dan menggunakan pikirannya dalam menghadapi segala permasalahan tersebut. Dia
mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dalam mengambil keputusan, karena dia
telah melakukan ikhtiarnya seoptimal yang bisa dia lakukan dan kemudian dia
serahkan segalanya kepada Allah, karena dia menyadari bahwa Allah pasti
memberikan jalan terbaik untuk setiap masalah yang dia hadapi.
Tidak
munafik, bahwa kekusaan terbesar di dunia yang sering disimbolkan dengan negara
amerika, sangat mempengaruhi negara-negara lain, dan kekuasaan tersebut sering
disebut dengan nama sang Powernow. Powernow menggunakan teknologi untuk
menjajah ketidakberdayaan masyarakat, termasuk masyarakat indonesia. Begitu
banyaknya permasalahan-permasalahan yang telah dipaparkan di atas, salah satu
diantaranya adalah masalah pendidikan. Dan melalui pendidikan pula, sang
Powernow melancarkan aksinya. Bagaimana jadinya jika pendidikan yang seharusnya
membentuk karakter atau menjadikan seorang anak lebih baik, telah dicampuri
hal-hal lain yang mengatasnamakan pendidikan? Akan berbahaya jika orang-orang
yang tidak mamahami pendidikan kemudian terlibat jauh dalam menentukan
pendidikan suatu bangsa, bahakan lebih berbahaya lagi jika aturan yang
diterapkan orang-orang itu ditiru oleh bangsa-bangsa lain.
Dalam
pendidikan matematika, juga mempunyai masalah yang sama. Akan berbahaya jika
orang-orang yang tidak memahami pendidikan dengan baik menentukan pendidikan
matematika. Yang sering terjadi pada bangsa kita adalah seorang matematikawan
murni yang menganggap enteng masalah
pendidikan. Jika kurikulum pendidikan dibuat dengan tidak berdasar pada
pengetahuan mengenai pendidikan itu sendiri, maka akan berakibat tidak baik
bagi kelangsungan pendidikan dalam suatu bangsa. Misalnya, hal yang kita temui
adalah seorang anak yang kehilangan intuisinya sejak dari kecil. Padahal perlu
kita tahu bahwa intuisi seorang anak adalah 80% dari dirinya sendiri. Seorang
matematikawan murni yang tidak mengetahui dan memahami dunia pendidikan,
sebaiknya tidak terlalu jauh dalam terlibat pada pendidikan, karena dunia
pendidikan sangat kompleks dan tidak bisa dijalani dengan pemikiran matematika
murni. Pendidikan matematika tidak bisa dilakukan dengan cara mempelajari matematika
dulu, kemudian beberapa bulan di ajarkan tentang ilmu pendidikan. Karena
belajar tentang pendidikan matematika itu perlu proses dan tidak bisa secara
instan.
Jika
kita melihat sistem pendidikan di negara Amerika, terdapat program untuk
menjadikan anak kecil dapat berpikir matematika selayaknya orang dewasa. Meskipun
hal ini baik dalam hal pure
matematikanya, tetapi hal ini tidaklah baik untuk perkembangan psikologi dan
mental siswa yang pada akhirnya akan menjauhkan mereka dari kehidupan sosial
anak-anak. Karena seorang anak pun membutuhkan waktu untuk bermain dan
menikmati indahnya masa kecil. Sayangnya, Indonesia juga terlihat meniru gaya
kehidupan pendidikan negara Amerika. Lalu, bagaimana nasib anak-anak Indonesia
kelak ketika semenjak kecil kondisi psikologis dan mentalnya sudah tidak baik? Dan
bagaimana nasib bangsa kita jika calon-calon pemimpinnya tumbuh dan berkembang
dalam lingkungan yang jauh dari lingkungan sosial. Apakah bisa memimpin bangsa
itu dengan baik? itulah yang menjadi pertanyaan besar bagi kita.
Isu
dan wacana di Indonesia yang sekarang sering dibicarakan adalah mengenai
kurikulum selanjutnya yang akan dibuat dengan basis teknologi. Ini mungkin akan
berat bagi siswa-siswa dan para guru.
Itulah salah satu akibat dari jauhnya keterlibatan orang-orang yang
bukan dari lingkungan pendidikan atau orang-orang yang tidak memahami
pendidikan dengan baik. Lalu dimana posisi orang-orang pendidikan kita? Akan
dibawa kemana pendidikan kita? Dan apa yang bisa dilakukan orang-orang yang
paham tentang pendidikan akan hal ini?
Seperti
yang kita tahu, bahwa masalah korupsi, narkoba, politik, perang, kerusuhan,
bukan ranahnya anak kecil untuk memikirkannya. Itu adalah masalah yang perlu
dipikirkan oleh orang dewasa. Tetapi kita juga tahu, bahwa sebagian dari
hal-hal tersebut telah dimasukkan dalm kurikulum pendidikan. Mungkin tujuannya
memang agar anak tahu sedini mungkin tentang masalah-masalah tersebut. Tetapi
sebaiknya bukan dengan cara memasukkannya ke dalam kurikulum pendidikan, karena
seperti yang tadi dikatakan bahwa permasalahan-permasalahan bukan ranahnya
anak-anak. Dan tidak perlu untuk dimasukkan dalam kurikulum pendidikan.
Jika
kita merenungkannya, kita akan menyadari bahwa bangsa Indonesia itu memang
sedang sakit. Dari segi politik, ekonomi, sosial dsb. Termasuk juga dengan
pendidikan. Pendidikan kacau karena politiknya kacau. Sedangkan politik itu
kacau karena tidak konsisten. Dan terjadinya ketidakkonsistenan adalah karena
mudah tergoda atau mudah terpengaruh. Problem bangsa ini adalah bangsa yang
sedang mencari jati diri dan belum ketemu juga jati diri bangsa ini. Dan karena
Indonesia ini sangatlah luas, maka memang sulit juga penanganannya. Katanya
indonesia ini adalah negara demokrasi, tetapi pada kenyataannya untuk bidang
pendidikan belum bisa dikatakan demokrasi. Memang jika berbicara
permasalahan-permasalahan pendidikan di Indonesia tidak akan ada habisnya.
Tetapi yang menjadi tugas kita adalah memikirkan dan melaksanakan upaya-upaya untuk
perbaikan pendidikan di masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar