Oleh : Yuli Sulistyowati (12709251061)
Miftakhus Sholikhah (12709251063)
Pertanyaan 1:
Menurut
anda, seberapa krusial kah peran filsafat dalam pembangunan bangsa ini?
Jawaban:
Itu
maksudnya peranan penting kan? Menurut saya filsafat itu sangat penting dalam
pembangunan bangsa. Seperti yang pernah dijelaskan oleh Pak Marsigit dalam
elegi berjudul Forum Tanya Jawab 53: Dialog Filsafat yang mengibaratkan pendidikan sebagai
gerbong kereta api. Dalam hal ini saya ibaratkan pembangunan bangsa sebagai gerbong
kereta api. Filsafat itu saya ibaratkan sebagai helikopter pengawal gerbong
kereta api. Para pembangun bangsa saya ibaratkan penumpang kereta api. Maka
bagaimana mungkin penumpang kereta api bisa mengetahui semua sudut-sudut
gerbong kereta api dalam perjalanannya. Maka haruslah penumpang kereta api itu keluar
dari gerbong, kemudian keluar naik helikopter untuk mengikuti dan memonitor
laju perjalanan kereta api itu. Maka orang yang telah mempelajari filsafat akan jauh lebih kritis dan kreatif dalam upaya
membangun bangsa.
Tanggapan:
Memang benar yang dikatakan oleh saudari Yuli bahwa filsafat itu
ibarat helikopter yang memandu dan memonitor jalannya kereta api atau dalam hal
ini pembangunan bangsa. Mengapa filsafat itu memandu? Karena filsafat selalu
menggunakan landasan hati dan pikiran, dimana keduanya sangat sangatlah penting
dalam memecahkan setiap permasalahan kehidupan ini, termasuk kehidupan
berbangsa dan bernegara. Jika setiap warga dari suatu bangsa mengerti dan
menyadari pentingnya peranan filsafat dalam kehidupan, baik pemimpin, para menteri,
rakyat dan semuanya, maka kehidupan berbangsa ini akan sangat harmonis, karena Filsafat
itu bersifat open-ended dan dengan
menggunakan ilmu tersebut dalam berbangsa dan bernegara, maka setiap komponen
bangsa saling bersifat terbuka untuk menerima dan menghargai kritik, saran, dan
pendapat dari orang lain.
Pertanyaan 2:
Bagaimana tanggapan anda dengan kalimat “orang pinter kalah
dengan orang “bejo” (beruntung)”
Jawaban:
“Wong pinter kalah karo wong bejo”. Apa ya? Tiada “bejo”
(keberuntungan) yang terlepas dari kehendak Allah. Menurut saya pepatah itu
menyampaikan pesan moral bahwasannya tidak ada
orang yang lebih baik, lebih benar, lebih mulia, dan lebih beruntung kecuali
orang yang mendapatkan keberuntungan, karena pertolongan dari Allah. Semua yang
terjadi adalah yang terbaik, karena Allah lebih tahu apa yang terbaik untuk
kita dari pada kita sendiri. Kita yang merasa pintar, cerdas, serta mampu dalam
segala hal sering kali merasa bahwa segala sesuatunya bisa dicapai dengan
mudah. Justru itulah rasa percaya diri yang begitu tinggi seakan memberikan
kesan kesombongan. Padahal jika Allah sudah berkehendak orang yang kurang
pintar, kurang cerdas, dan kurang mampu dalam melakukan segala hal pun bisa
lebih mudah untuk mencapai segala sesuatunya.
Tanggapan:
Ya...orang
bejo itu adalah orang yang mendapat pertolongan dan kemudahan dari Allah SWT.
Sepandai, secerdas, atau sekuat apapun seseorang itu, akan kalah dengan yang
namanya Kuasa Tuhan. Memang terkadang orang yang pandai, serdas, mempunyai
kuasa, dan yang merasa memiliki segalanya berpikir bahwa dia mampu melakukan
apapun dengan apa yang dia miliki. Dengan sombongnya, dia tidak menyadari dari
mana semua yang dia miliki itu berasal, yaitu dari Tuhan. Dengan demikian,
mungkin dia juga lupa bahwa Tuhan mempunyai kekuatan dan kekuasaan yang tak
terbatas. Oleh karena itu, orang yang mendapat pertolongan Tuhan akan
memperoleh kemenangan dari pada orang pintar.
Pertanyaan
3:
Bagaiman tanggapan anda dengan
kalimat “ Duniamu itu seperti apa yang ada dalam pikiranmu”?
Jawaban:
“Duniamu itu seperti apa yang ada dalam pikiranmu” berarti
duniaku itu sama seperti apa yang ada dalam pikiranku. Seperti kalimat “Allah
itu akan mengikuti prasangka hambaNya”. Bagaimana saya memikirkan dunia maka
seperti itulah dunia. Jika saya memikirkan bahwa dunia itu indah dengan
gunung-gunung yang menjulang tinggi, dengan hamparan permadani hijau yang
membentang, dengan lembah-lembah dan ngarai-ngarai yang menyejukkan mata, yah
seperti itulah dunia. Jika saya memikirkan bahwa dunia itu penuh ramai, sesak
dengan aktivitas, ribut dengan tugas-tugas, penuh dengan kelelahan, yah seperti
itulah dunia.
Tanggapan:
Ya...dunia itu memang seperti apa yang ada dalam
pikiran kita. Dunia dalam pikiranku belum tentu sama dengan dunia dalam
pikiranmu. Kita mempunyai keterbatasan dalam mengetahui seperti apakah dunia
itu secara kasat mata, tetapi kita mempunyai kemampuan berpikir dan melakukan perjalanan imajiner
dengan pikiran kita. Sehingga kita berpendapat ya memang dunia itu sama seperti
yang ada dalam pikiranku. Oleh karena itulah kita selalu mendapat nasehat agar
kita selalu berpikir positif terhadap sesuatu.
Pertanyaan 4:
Bisanya hati mencerminkan spiritual seseorang. Menurut tanggapan
anda, bagaimana jika seseorang mempunyai hati yang baik tetapi spiritualnya
kurang baik?
Jawaban:
Saya menjadi teringat dengan pepatah yang
mengatakan “dalamnya laut dapat di duga namun dalamnya hati siapa yang tahu”,
siapa si yang tahu apa isi hati seseorang? Ketika dia menunjukkan senyum di wajahnya, apakah benar menjamin
bahwa hatinya juga tersenyum? Apakah ungkapan kata “aku bahagia” itu bisa
mencerminkan sebenar-benar kebahagiaan di hatinya. Menurutku itu belum cukup. Karena
ketika saya bahagia, ucapkan kata “aku bahagia” tidaklah cukup untuk
mencerminkan kebahagiaan yang ada dalam hati saya.
Tiada yang tahu apa sesungguhnya isi hati
seseorang, hanya Dialah Allah yang Maha Tahu. Hati dan spiritualitas bisa jadi
berkaitan dan berbanding lurus, bila hati seseorang baik maka baik pula
spritualitasnya, jika spiritualitasnya baik maka baik pula hatinya demikian
selanjutnya. Bisa jadi kita melihat isi hati seseorang dari spiritualitasnya.
Namun perlu kita ingat bahwa spiritual seseorang yang kita lihat itu belum
tentu apa yang sesungguhnya mencerminkan isi hatinya. Bisa jadi dia gemar
bersedekah, namun dia lakukan hanya untuk menarik masa di saat kampanye. Bisa
jadi dia rajin solat, puasa, hanya untuk mendapatkan pujian orang lain. Tidak
ada jaminan bahwa apa yang kita lihat itu mencerminkan hati seseorang.
Tanggapan:
Memang tak pernah ada yang tahu tentang sifat-sifat
sebenarnya dari seseorang, apalagi orang lain, bahkan diri kita sendiri juga
tak pernah tahu seperti apa kita ini. Dalam hal ini, saya juga kurang memahami
mengenai hati yang baik tetapi spiritualnya kurang baik. Kalau seperti itu
mungkin saja hatinya sebenarnya kurang baik, tetapi terlihat baik. Atau mungkin juga spiritualnya sebenarnya
baik, tetapi terlihat kurang baik. Karena memang kita tak pernah tahu seperti
apa sebenarnya orang lain.
Pertanyaan 5:
Apa itu hakekat cinta?
Jawaban:
Hmm,... Cinta. Cinta itu keindahan. Cinta itu kebahagiaan. Cinta
itu bunga mawar merah. Cinta itu kepercayaan. Cinta itu pengorbanan. Cinta itu
pengertian. Cinta itu anugerah. Cinta itu senyuman. Cinta itu tanpa kebosanan.
Cinta itu ehm...Cinta itu perjuangan. Cinta itu pemahaman. Cinta itu
ketundukan. Cinta itu persaudaraan. Cinta itu ikatan. Dan cinta itu
persahabatan.
Tanggapan:
Memang kita tak akan pernah bisa mendefinisikan apa itu
cinta secara tepat. Karena cinta itu melibatkan perasaan, dan perasaan orang
yang satu dengan perasaan orang lain itu berbeda. Jadi wajar saja kita
mengartikan cinta dengan istilah yang begitu banyak dan kita tak tahu mana
kalimat yang tepat untuk menggambarkan apa itu cinta. Bahkan saya teringat guru
bahasa Indonesia SMA saya dulu berkata, bahwa ketika kita mencintai seseorang
atau sesuatu, maka kita tak akan pernah bisa menjelaskan arti cinta yang kita
rasakan. Dan apabila ketika kita mencintai seseorang atau sesuatu dengan begitu
banyak alasan dan penjelasan tentang cinta itu sendiri, maka itu bukan lah
cinta yang sebenarnya. Karena cinta itu tidak butuh penjelasan.
Pertanyaan 6:
Menurut anda, apakah yang salah, ketika banyak siswa
mengatakan bahwa matematika itu sulit. Apakh salah kurikulumnya? Apakah salah
gurunya? Apakah salah siswa-siswanya? Atau yang lainnya?
Jawaban:
Apa ya, terkadang saya pun mengatakan matematika itu sulit.
Ya karena saya juga siswa kali ya. Saya mengatakan “matematika itu sulit” di
saat saya memang belum bisa mengerjakan soal atau di saat saya berusaha memahami
suatu materi matematika tapi saya tidak paham-paham. Namun, bila ditelisik
lebih dalam lagi ternyata benar yang dikatakan Prof. Lim bahwa “matematika itu
tantangan”.
Jadi, ketika seorang siswa mengatakan bahwa “matematika itu
sulit”, saya pikir hal itu dikarenakan siswa mengalami ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan
memahami, ketidakberdayaan mengerjakan soal, ketidakberdayaan mengemukakan apa
yang dia pahami, atau pun ketidakberdayaan-ketidakberdayaan yang lain.
Jika membicarakan siapa yang salah, sepertinya semua sistem
yang berkaitan dengan siswa memang perlu kita evaluasi. Baik itu kurikulum,
guru, fasilitas sekolah, metode pembelajaran, atau bahkan siswa itu sendiri.
Karena faktor penyebab siswa mengalami kesulitan itu bisa berasal dari berbagai
faktor.
Tanggapan:
Jika kita memikirkan salah siapa semua ini, tidak akan pernah
ada ujungnya. Hal ini seperti lingkaran setan yang mempertanyakan ayam dan
telur duluan mana? Matematika memang menjadi pelajaran yang dinggap sulit oleh
kebanyakan siswa. Dan kata sulit di sini bersifat relatif, sulit bagi sirinya
belum tentu sulit bagi diriku karena seseorang mempunyai kemampuan yang
berbeda-beda. Sebenarnya, bagi seseorang yang selalu berpikir kritis dan
pantang menyerah akan menganggap bahwa matematika itu tidak sulit, tetapi
matematika itu menantang. Dengan rasa ingin tahu yang tinggi maka seseorang
akan berusaha untuk menyelesaikan permasalahan matematika yang sedang
dikerjakan. Kembali pada kalimat bahwa banyak siswa yang mengatakan matematika
itu sulit. Dan memang benar hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Terlepas
dari salah siapa semua ini, alangkah lebih baik jika kita selalu berusaha
memperbaiki setiap komponen yang mempengaruhi. Entah metode pembelajaran,
fasilitas belajar, atau sistem yang melingkupinya. Agar pendidikan pada bangsa
ini semakin baik dan baik lagi untuk kedepannya.
Pertanyaan 7:
Menurut anda, bagaimana kurikulum yang baik dalam pendidikan?
Jawaban:
Kurikulum yang baik pada pendidikan menurut saya adalah kurikulum yang
bisa memenuhi kebutuhan siswa dalam belajar.
Tanggapan:
Ya...memang kurikulum yang baik adalah kurikulum yang dapat
memenuhi kebutuhan siswa dalam belajar. Selama ini kurikulum di Indonesia
seringkali ganti-ganti, hal itu mungkin disebabkan karena kurikulum yang
sebelumnya dianggap belum bisa memenuhi kebutuhan siswa, sehingga diperbarui
dengan kurikulum yang baru. Dan ternyata kurikulum baru pun belum seperti yang
diharapkan, kemudian diganti lagi dengan kurikulum baru. Itulah mungkin usaha
yang dilakukan oleh orang-orang yang berwenang menangani semua ini dalam
mencapai kurikulum yang baik dalam pendidikan.
Pertanyaan 8:
Bagaimana anda menjelaskan hubungan antara agama dan budaya?
Jawaban:
Agama dan budaya, menurut saya keduanya sama-sama menyimpan keindahan.
Tanggapan:
Dalam
setiap agama, baik Islam, Katholik, Kristen, Hindu, maupun Budha pastilah
terkandung beberapa budaya yang telah diatur dalam agama tersebut. Karena
sesungguhnya agama itu telah mengatur semuanya yang ada dalam kehidupan, baik
kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat. Semua agama tanpa terkecuali. Dan
karena budaya itu meruapakan salah satu unsur dari kehidupan dunia, maka agama
pun telah mengaturnya. Pada zaman dahulu budaya digunakan para pemuka agama untuk
mengenalkan dan untuk lebih mendekatkan agama itu sendiri kepada orang lain.
Dan sampai sekarang budaya tersebut masih dapat kita rasakan dan dapat kita
nikmati.
Pertanyaan 9:
Dalam
beberap elegi, terdapat beberapa elegi yang memuat tentang gendhing jawa.
Menurut anda apa hubungan antara filsafat dengan gendhing jawa?
Jawaban:
Sejujurnya saya memang belum membaca elegi yang terkait dengan gendhing jawa. Tapi
menurut saya gending jawa itu melambangkan keharmonisan.
Gending jawa itu terdiri dari berbagai macam alat musik, jika alat musik itu
dipukul satu-satu secara individu maka akan menghasilkan suara yang tunggal dan
kurang harmoni bila didengar, namun bila alat-alat musik itu dipukul secara
bergantian sesuai dengan nada dan iramanya maka akan menghasilkan suara majemuk
yang harmoni.
Tanggapan:
Filsafat
dari gending jawa adalah harmoni yang sesuai ruang dan waktu. Perangkat gamelan
menjadi unsur-unsur yang menciptakan harmoni ini. Ada Gong, kendang, slenthem,
bonang, siter, dll. Apabila yang dimainkan hanya satu alat musik saja, maka
tidak akan begitu menarik di telinga pendengarnya. Tetapi jika semua alat musik
dimainkan secara bersama-sama dengan menggunakan irama, maka akan tercipta
harmoni yang luar biasa. Jadi harmoni ini timbul dengan adanya kebersamaan. Hal
ini bisa juga kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam berkeluarga,
bororganisasi, bahkan dalam suasana berbangsa dan bernegara. Kunci untuk bisa
menciptakan harmoni dalam hal seperti ini adalah dengan bisa merasakan apa yang
dirasakan orang lain. Jika dalam keluarga, anak dapat merasakan apa yang orang
tua mereka rasakan, dan orangtua dapat merasakan apa yang anak-anak mereka
rasakan. Sehingga timbul rasa untuk saling menghargai dan mengerti satu sama lain. Dan kebersamaan
lah yang pasti tercipta diantara mereka, dan pada akhirnya keluarga harmonis
yang selalu mereka inginkan dapat terwujud.
Pertanyaan 10:
Menurut
anda, apakah pelajaran filsafat perlu dimasukkan dalam kurikulum sekolah?
misalnya untuk SMA.
Jawaban:
Filsafat itu memang penting, tetapi menurut saya tidak
perlu dimasukkan ke dalam kurikulum SMA. Tanpa tahu bahwa itu filsafat pun
sebenarnya siswa telah belajar tentang filsafat, karena objek filsafat adalah
sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Dan belajar filsafatnya anak SMA tidak perlu dijelaskan secara jelasnya bahwa itu
filsafat, dikarenakan belajar filsafat itu harus disesuaikan dengan ruang dan
waktunya.
Tanggapan:
Siswa SMA mungkin memang belum perlu untuk mendapatkan pelajaran filsafat seperti
pelajaran lainnya. Tetapi memang sangat penting bagi siswa untuk dikenalkan
atau mempelajari aspek-aspek yang terkandung dalam filsafat. Dan hal itu
mungkin tidak kita sadari bahwa selama ini, ternyata di sekolah kita juga
mempelajari nilai-nilai dalam filsafat. Dan memang benar bahwa obyek kajian
filsafat adalah semua yang ada dan yang mungkin ada. Jadi secara tersirat,
sesungguhnya siswa di sekolah juga telah mempelajari filsafat, tetapi mereka
tidak menyadarinya.