Refleksi
Perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika oleh Dr. Marsigit, MA.
Tugas 4 (25 September 2012)
Dahulu kala, peradaban manusia dalam hal
ini adalah masyarakat Yunani, mempunyai pandangan filsafat yang berubah-ubah
seiring berjalannya waktu. Perubahan pandangan ini dipengaruhi oleh mashab yang
sering berganti dan pola pikir masyarakatnya. Masyarakat Yunani kuno melakukan
abstraksi dan idealisasi diri untuk membebaskan diri dari ruang dan waktu.
Abstraksi dan idealisasi yang dilakukan tersebut memberikan hasil berupa bukti.
Karena masyarakat Yunani berpikir secara transenden, maka menghasilkan hasil
pemikiran yang bersifat tetap (Permenides) atau yang bersifat berubah
(Heraklitos). Hasil pemikiran bersifat tetap karena ada dalam pikiran manusia.
Dan hasil pemikiran bersifat berubah karena ada di luar pikiran manusia.
Hasil
pemikiran bersifat tetap atau yang disebut dengan istilah Permenides diyakini
oleh tokoh Plato, yang menyebutkan bahwa hakekat yang ada adalah yang ada di
dalam pikiran. Menurut Plato, kebenaran umum (definisi) itu bukan dibuat dengan
cara dialog yang induktif, tetapi pengertian umum itu sudah tersedia di alam
idea. Aliran yang dianut Plato ini adalah aliran idealisme.
Kata idealisme lebih cenderung diambil
dari kata ide daripada ideal. Idealisme menekankan mind sebagai hal lebih dahulu (primer) daripada materi. Idealisme
menyatakan bahwa realitas terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind)
atau jiwa (self) dan bukan benda material dan kekuatan, jadi materi hanyalah
merupakan produk sampingan. Pandangan Plato bahwa semua konsep eksis terpisah
dari entitas materinya dapat dikatakan sebagai sumber dari pandangan idealisme
yang radikal. Karya dan pandangan Plato memberikan garis batas yang jelas
antara pikiran-pikiran idealis dengan pandangan materialis. Dengan demikian,
idealisme mengandung pengingkaran bahwa dunia ini pada dasarnya sebagai sebuah
mesin besar yang harus ditafsirkan sebagai materi, mekanisme atau kekuatan
saja.
Hasil pemikiran bersifat berubah atau
yang disebut dengan istilah heraclitos, diyakini oleh tokoh Aristoteles, yang
menyebutkan bahwa hakekat yang ada adalah yang ada di luar pikiran. Aristoteles
merupakan murid dan teman dari tokoh Plato, tetapi dia mempunyai pendapat yang
tidak sama dengan apa yang dikemukakan Plato. Aristoteles lebih tertarik pada
pengetahuan kealaman dalam filsafatnya, dan karena itu ia mementingkan observasi.
Aristoteles juga tertarik pada fakta yang spesifik dan juga yang umum
(universal). Aliran yang diyakini Aristoteles yaitu aliran Realisme.
Dalam pemikiran filsafat, realisme
berpandangan bahwa kenyataan tidaklah terbatas pada pengalaman inderawi ataupun
gagasan yang tebangun dari dalam. Dengan demikian realisme dapat dikatakan
sebagai bentuk penolakan terhadap gagasan ekstrim idealisme. Gagasan utama dari
realisme dalam konteks pemerolehan pengetahuan adalah bahwa pengetahuan
didapatkan dari dual hal, yaitu observasi dan pengembangan pemikiran baru dari
observasi yang dilakukan.
Selain aliran realisme dan idealisme
terdapat aliran rasionalisme. Aliran ini dianut oleh tokoh Rene Descartes.
Aliran ini disebut rasionalisme karena aliran ini sangat mementingkan rasio. Kriteria
kebenaran berdasar pada kemampuan intelektualitas. Dengan demikian,
strategi pengembangan ilmu pada model rasionalisme adalah mengeksplorasi
gagasan dengan kemampuan intelektual manusia. Benih rasionalisme sebenarnya
sudah ditanam sejak jaman Yunani kuno. Salah satu tokohnya, Socrates yang
mengajukan sebuah proposisi yang terkenal bahwa sebelum manusia memahami dunia
ia harus memahami dirinya sendiri. Kunci untuk memahami dirinya itu adalah
dengan kekuatan rasio. Pandangan ini didukung oleh Descartes yang menyatakan
bahwa pengetahuan sejati hanya didapat dengan menggunakan rasio. Tokoh lain,
Baruch Spinoza secara lebih berani bahkan mengatakan : “God exists only
philosophically” (Calhoun, 2002).
Selain aliran rasionalisme juga terdapat
aliran empirisme. Aliran empirisme memberikan tekanan pada empiris atau
pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Empirisme menekankan bahwa ilmu
pengetahuan manusia bersifat terbatas pada apa yang dapat diamati dan diuji.
Thomas Hobbes berpendapat bahwa pengalaman merupakan permulaan segala
pengenalan. Oleh karena itu, aliran empirisme memiliki sifat kritis terhadap
abstraksi dan spekulasi dalam membangun dan memperoleh ilmu. Strategi utama
pemerolehan ilmu dilakukan dengan penerapan metode ilmiah. Para ilmuwan
berkebangsaan Inggris seperti John Locke, George Berkeley dan David Hume adalah
pendiri utama aliran empirisme.
Pendirian aliran rasionalisme dan
empirisme sangat bertolak belakang. Rasionalisme berpendirian bahwa rasio
merupakan sumber pengenalan atau pengetahuan, sedangkan empirisme berpendirian
sebaliknya bahwa pengalaman menjadi sumber tersebut. Tokoh utama Kritisisme
adalah Immanuel kant yang melahirkan Kantianisme. Kritisisme
adalah aliran yang lahir dari pemikiran Immanuel Kant yang terbentuk sebagai
ketidakpuasan atas aliran rasionalisme dan empirisme. Filsafat Kant berusaha
mengatasi dua aliran tersebut dengan menunjukkan unsur-unsur mana dalam pikiran
manusia yang berasal dari pengalaman dan unsur-unsur mana yang terdapat dalam
akal. Upaya Kant ini dikenal dengan kritisisme atau filsafat kritis, suatu nama
yang diberikannya sendiri. Kritisisme adalah filsafat yang memulai perjalannya
dengan terlebih dahulu menyelidiki kemampuan kritik atas rasio murni, lalu
kritik atas rasio praktis, dan terakhir adalah kritik atas
daya pertimbangan.
Kritisisme Immanuel Kant sebenarnya telah memadukan
dua pendekatan dalam pencarian keberadaan sesuatu yang juga tentang kebenaran
substansial dari sesuatu itu. Kant seolah-olah mempertegas bahwa rasio tidak
mutlak dapat menemukan kebenaran, karena rasio tidak membuktikan, demikian pula
pengalaman, tidak dapat dijadikan melulu tolak ukur, karena tidak semua
pengalaman benar-benar nyata, tapi “tidak-real”, yang demikian sukar untuk
dinyatakan sebagai kebenaran. Melalui pemahaman tersebut, rasionalisme dan
empirialisme harusnya bergabung agar melahirkan suatu paradigm baru bahwa
kebenaran empiris harus rasional sebagaimana kebenaran rasional harus empiris.
Aliran positivisme adalah doktrin
filosofi dan ilmu pengetahuan sosial yang menempatkan peran sentral pengalaman
dan bukti empiris sebagai basis dari ilmu pengetahuan dan penelitian.
Terminologi positivisme dikenalkan oleh Auguste Comte untuk menolak doktrin
nilai subyektif, digantikan oleh fakta yang bisa diamati serta penerapan metode
ini untuk membangun ilmu pengetahuan yang diabdikan untuk memperbaiki kehidupan
manusia. Salah satu bagian dari tradisin positivism adalah sebuah konsep yang
disebut dengan positivisme logis. Tokoh-tokoh yang paling berpengaruh dalam
mengembangkan tradisi positivisme adalah Thomas Kuhn, Paul K. Fyerabend, W.V.O.
Quine, and filosof lainnya. Pikiran-pikiran para tokoh ini membuka jalan bagi
penggunaan berbagai metodologi dalam membangun pengetahuan dari mulai studi
etnografi sampai penggunaan analisa statistik.
Aliran pragmatisme adalah mashab
pemikiran filsafat ilmu yang dipelopori oleh C.S Peirce, William James, John
Dewey, George Herbert Mead, F.C.S Schiller dan Richard Rorty. Tradisi
pragmatism muncul atas reaksi terhadap tradisi idealis yang dominan yang
menganggap kebenaran sebagai entitas yang abstrak, sistematis dan refleksi dari
realitas. Pragmatisme berargumentasi bahwa filsafat ilmu haruslah meninggalkan
ilmu pengetahuan transendental dan menggantinya dengan aktifitas manusia
sebagai sumber pengetahuan. Bagi para penganut mashab pragmatisme, ilmu
pengetahuan dan kebenaran adalah sebuah perjalanan dan bukan merupakan tujuan. Sumbangan
dari pragmatisme yang lain adalah pragmatisme memfokuskan pada kekuatan
individu untuk meraih solusi kreatif terhadap masalah yang dihadapi.
Pandangan dan gagasan filsafat ilmu
berkembang seiring berjalannya waktu. Hal ini karena perbedaan pola pikir dan berbagai
pemikiran baru muncul menggantikan konsep-konsep dan pikiran lama. Namun meskipun
demikian, masing-masing aliran ada kelebihan dan kelemahannya, setiap aliran
filsafat ilmu saling berkonstribusi dengan saling mengkritisi satu sama lain. Dari
pokok bahasan di atas, semua filsafat ilmu memberikan sumbangan yang sangat
penting bagi terbentuknya pemikiran ilmu pengetahuan modern.
Susanto. 2011. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian Dalam Dimensi Ontologis Epistemologis dan Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara
Juhaya S. Praja. 2003. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Jakarta: Kencana
Ahmad Tafsir. 2009. Filsafat Umum : Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra. Bandung: Remaja
Pertanyaan:
Apakah
sama makna dari aliran kritisisme dan aliran transedentalisme dari Imanuel Kant
? Jika berbeda, apa perbedaan keduanya?