Refleksi
Perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika oleh Dr. Marsigit, MA.
(08 Januari 2013)
Belajar mengenai membuat karya ilmiah,
maka kita harus belajar pula aturan-aturan dalam pembuatan karya ilmiah. Pada
hari selasa 8 Januari 2013, kelas pendidikan matematika B mendapatkan
pengetahuan mengenai hal tersebut. Dan ternyata memang tidaklah mudah untuk
membuat karya ilmiah, dalam memilih referensi yang akan digunakan dalam karya
ilmiah. Pada hari tersebut kami diberi tiga soal sebagai ujian akhir semester,
yaitu mengenai teori berpikir immanuel kant dalam pembelajaran matematika,
aspek aksiologi dalam pembelajaran matematika, dan aspek menembus ruang dan
waktu dalam pembelajaran matematika.
Pengetahuan mengenai aturan dalam
pembuatan karya ilmiah dijelaskan pula oleh Bapak Prof. Dr. Marsigit, M.A.
Beberapa hal yang beliau sampaikan adalah terkait referensi yang digunakan
dalam pembuatan karya ilmiah. Referensi yang digunakan hendaknya harus ilmiah.
Sedangkan tulisan di blog atau tulisan yang tidak dipublikasikan dalam seminar
maupun dalam jurnal, tidak dapat dijadikan sebagai referensi dalam pembuatan karya
ilmiah.
Selain itu, tidak semua buku dapat
digunakan sebagai referensi. Karena tidak semua penulis atau pengarang buku
memang benar-benar menguasai apa yang mereka tulis. Ada beberapa diantara
mereka yang menulis hanya karena faktor finansial semata. Oleh karena itu, tidak
semua penulis atau pengarang buku dapat dijadikan sumber dalam karya ilmiah.
Lalu, bagaimana cara kita memilah dan memilih buku mana yang dapat dijadikan
referensi? Jawabannya adalah dengan sering membaca buku-buku, sehingga kita
mengetahui bagaimana kualitas setiap buku yang kita baca.
Bagi mahasiswa S2, dalam membuat karya
ilmiah, paling tidak sumber atau penulis buku yang dijadikan referensi bergelar
doktor atau profesor. Bukan berarti kita terlalu menjunjung tinggi gelar yang
ada, akan tetapi gelar seseorang merupakan wadah dari pengetahuan-pengetahuan
serta pemikiran-pemikiran seseorang tersebut. Gelar merupakan amanah bagi
seseorang untuk senantiasa meningkatkan kualitas isinya atau pengetahuan,
pemikiran serta karya-karyanya. Jadi
bagi penulis atau pengarang buku yang tidak demikian, kurang kuat dan valid
untuk dijadikan referensi dalam membuat karya ilmiah.
Penjelasan di atas secara tidak langsung
menghimbau kepada kita agar senantiasa meningkatkan kemauan dan kualitas kita
dalam membaca. Kita harus pandai-pandai memilih bacaan, karena kepribadian
seseorang dapat dilihat dari bacaan apa yang di baca. Untuk tingkat s2,
referensi yang digunakan dalam karya ilmiah haruslah sumber utama. Bapak Prof.
Dr. Marsigit memberikan contoh, bahwa elegi-elegi yang disering dibaca sebenarnya tidak tepat
untuk dijadikan referensi ilmiah. Tetapi diperbolehkan jika untuk menambah
pengetahuan dalam perkuliahan atau dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, memang
tidaklah mudah untuk membuat karya ilmiah, dan begitu pula dalam memilih
referensinya. Mengapa mahasiswa harus memahami hal ini? Karena gengsi mahasiswa
terletak pada thesisnya, gengsi sebuah thesis terletak pada daftar pustakanya,
gengsi daftar pustaka terletak pada bukunya, gengsi sebuah buku terletak pada
pengarangnya, dan gengsi seorang pengarang terletak pada karya-karya ilmiahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar