Senin, 01 Oktober 2012

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT


Refleksi Perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika oleh Dr. Marsigit, MA.
Tugas 4 (25 September 2012)
Dahulu kala, peradaban manusia dalam hal ini adalah masyarakat Yunani, mempunyai pandangan filsafat yang berubah-ubah seiring berjalannya waktu. Perubahan pandangan ini dipengaruhi oleh mashab yang sering berganti dan pola pikir masyarakatnya. Masyarakat Yunani kuno melakukan abstraksi dan idealisasi diri untuk membebaskan diri dari ruang dan waktu. Abstraksi dan idealisasi yang dilakukan tersebut memberikan hasil berupa bukti. Karena masyarakat Yunani berpikir secara transenden, maka menghasilkan hasil pemikiran yang bersifat tetap (Permenides) atau yang bersifat berubah (Heraklitos). Hasil pemikiran bersifat tetap karena ada dalam pikiran manusia. Dan hasil pemikiran bersifat berubah karena ada di luar pikiran manusia.
 Hasil pemikiran bersifat tetap atau yang disebut dengan istilah Permenides diyakini oleh tokoh Plato, yang menyebutkan bahwa hakekat yang ada adalah yang ada di dalam pikiran. Menurut Plato, kebenaran umum (definisi) itu bukan dibuat dengan cara dialog yang induktif, tetapi pengertian umum itu sudah tersedia di alam idea. Aliran yang dianut Plato ini adalah aliran idealisme.
Kata idealisme lebih cenderung diambil dari kata ide daripada ideal. Idealisme menekankan mind sebagai hal lebih dahulu (primer) daripada materi. Idealisme menyatakan bahwa realitas terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiwa (self) dan bukan benda material dan kekuatan, jadi materi hanyalah merupakan produk sampingan. Pandangan Plato bahwa semua konsep eksis terpisah dari entitas materinya dapat dikatakan sebagai sumber dari pandangan idealisme yang radikal. Karya dan pandangan Plato memberikan garis batas yang jelas antara pikiran-pikiran idealis dengan pandangan materialis. Dengan demikian, idealisme mengandung pengingkaran bahwa dunia ini pada dasarnya sebagai sebuah mesin besar yang harus ditafsirkan sebagai materi, mekanisme atau kekuatan saja.
Hasil pemikiran bersifat berubah atau yang disebut dengan istilah heraclitos, diyakini oleh tokoh Aristoteles, yang menyebutkan bahwa hakekat yang ada adalah yang ada di luar pikiran. Aristoteles merupakan murid dan teman dari tokoh Plato, tetapi dia mempunyai pendapat yang tidak sama dengan apa yang dikemukakan Plato. Aristoteles lebih tertarik pada pengetahuan kealaman dalam filsafatnya, dan karena itu ia mementingkan observasi. Aristoteles juga tertarik pada fakta yang spesifik dan juga yang umum (universal). Aliran yang diyakini Aristoteles yaitu aliran Realisme.
Dalam pemikiran filsafat, realisme berpandangan bahwa kenyataan tidaklah terbatas pada pengalaman inderawi ataupun gagasan yang tebangun dari dalam. Dengan demikian realisme dapat dikatakan sebagai bentuk penolakan terhadap gagasan ekstrim idealisme. Gagasan utama dari realisme dalam konteks pemerolehan pengetahuan adalah bahwa pengetahuan didapatkan dari dual hal, yaitu observasi dan pengembangan pemikiran baru dari observasi yang dilakukan.
Selain aliran realisme dan idealisme terdapat aliran rasionalisme. Aliran ini dianut oleh tokoh Rene Descartes. Aliran ini disebut rasionalisme karena aliran ini sangat mementingkan rasio. Kriteria kebenaran  berdasar pada kemampuan  intelektualitas. Dengan demikian, strategi pengembangan ilmu pada model rasionalisme adalah mengeksplorasi gagasan dengan kemampuan intelektual manusia. Benih rasionalisme sebenarnya sudah ditanam sejak jaman Yunani kuno. Salah satu tokohnya, Socrates yang mengajukan sebuah proposisi yang terkenal bahwa sebelum manusia memahami dunia ia harus memahami dirinya sendiri. Kunci untuk memahami dirinya itu adalah dengan kekuatan rasio. Pandangan ini didukung oleh Descartes yang menyatakan bahwa pengetahuan sejati hanya didapat dengan menggunakan rasio. Tokoh lain, Baruch Spinoza secara lebih berani bahkan mengatakan : “God exists only philosophically” (Calhoun, 2002).
Selain aliran rasionalisme juga terdapat aliran empirisme. Aliran empirisme memberikan tekanan pada empiris atau pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Empirisme menekankan bahwa ilmu pengetahuan manusia bersifat terbatas pada apa yang dapat diamati dan diuji. Thomas Hobbes berpendapat bahwa pengalaman merupakan permulaan segala pengenalan. Oleh karena itu, aliran empirisme memiliki sifat kritis terhadap abstraksi dan spekulasi dalam membangun dan memperoleh ilmu. Strategi utama pemerolehan ilmu dilakukan dengan penerapan metode ilmiah. Para ilmuwan berkebangsaan Inggris seperti John Locke, George Berkeley dan David Hume adalah pendiri utama aliran empirisme.
Pendirian aliran rasionalisme dan empirisme sangat bertolak belakang. Rasionalisme berpendirian bahwa rasio merupakan sumber pengenalan atau pengetahuan, sedangkan empirisme berpendirian sebaliknya bahwa pengalaman menjadi sumber tersebut. Tokoh utama Kritisisme adalah Immanuel kant yang melahirkan Kantianisme. Kritisisme adalah aliran yang lahir dari pemikiran Immanuel Kant yang terbentuk sebagai ketidakpuasan atas aliran rasionalisme dan empirisme. Filsafat Kant berusaha mengatasi dua aliran tersebut dengan menunjukkan unsur-unsur mana dalam pikiran manusia yang berasal dari pengalaman dan unsur-unsur mana yang terdapat dalam akal. Upaya Kant ini dikenal dengan kritisisme atau filsafat kritis, suatu nama yang diberikannya sendiri. Kritisisme adalah filsafat yang memulai perjalannya dengan terlebih dahulu menyelidiki kemampuan kritik atas rasio murni, lalu kritik atas rasio praktis, dan terakhir adalah kritik atas daya pertimbangan.
Kritisisme Immanuel Kant sebenarnya telah memadukan dua pendekatan dalam pencarian keberadaan sesuatu yang juga tentang kebenaran substansial dari sesuatu itu. Kant seolah-olah mempertegas bahwa rasio tidak mutlak dapat menemukan kebenaran, karena rasio tidak membuktikan, demikian pula pengalaman, tidak dapat dijadikan melulu tolak ukur, karena tidak semua pengalaman benar-benar nyata, tapi “tidak-real”, yang demikian sukar untuk dinyatakan sebagai kebenaran. Melalui pemahaman tersebut, rasionalisme dan empirialisme harusnya bergabung agar melahirkan suatu paradigm baru bahwa kebenaran empiris harus rasional sebagaimana kebenaran rasional harus empiris.
Aliran positivisme adalah doktrin filosofi dan ilmu pengetahuan sosial yang menempatkan peran sentral pengalaman dan bukti empiris sebagai basis dari ilmu pengetahuan dan penelitian. Terminologi positivisme dikenalkan oleh Auguste Comte untuk menolak doktrin nilai subyektif, digantikan oleh fakta yang bisa diamati serta penerapan metode ini untuk membangun ilmu pengetahuan yang diabdikan untuk memperbaiki kehidupan manusia. Salah satu bagian dari tradisin positivism adalah sebuah konsep yang disebut dengan positivisme logis. Tokoh-tokoh yang paling berpengaruh dalam mengembangkan tradisi positivisme adalah Thomas Kuhn, Paul K. Fyerabend, W.V.O. Quine, and filosof lainnya. Pikiran-pikiran para tokoh ini membuka jalan bagi penggunaan berbagai metodologi dalam membangun pengetahuan dari mulai studi etnografi sampai penggunaan analisa statistik.
Aliran pragmatisme adalah mashab pemikiran filsafat ilmu yang dipelopori oleh C.S Peirce, William James, John Dewey, George Herbert Mead, F.C.S Schiller dan Richard Rorty. Tradisi pragmatism muncul atas reaksi terhadap tradisi idealis yang dominan yang menganggap kebenaran sebagai entitas yang abstrak, sistematis dan refleksi dari realitas. Pragmatisme berargumentasi bahwa filsafat ilmu haruslah meninggalkan ilmu pengetahuan transendental dan menggantinya dengan aktifitas manusia sebagai sumber pengetahuan. Bagi para penganut mashab pragmatisme, ilmu pengetahuan dan kebenaran adalah sebuah perjalanan dan bukan merupakan tujuan. Sumbangan dari pragmatisme yang lain adalah pragmatisme memfokuskan pada kekuatan individu untuk meraih solusi kreatif terhadap masalah yang dihadapi.
Pandangan dan gagasan filsafat ilmu berkembang seiring berjalannya waktu. Hal ini karena perbedaan pola pikir dan berbagai pemikiran baru muncul menggantikan konsep-konsep dan pikiran lama. Namun meskipun demikian, masing-masing aliran ada kelebihan dan kelemahannya, setiap aliran filsafat ilmu saling berkonstribusi dengan saling mengkritisi satu sama lain. Dari pokok bahasan di atas, semua filsafat ilmu memberikan sumbangan yang sangat penting bagi terbentuknya pemikiran ilmu pengetahuan modern.


Referensi:
Susanto. 2011. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian Dalam Dimensi Ontologis Epistemologis dan Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara
Juhaya S. Praja. 2003. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Jakarta: Kencana
Ahmad Tafsir. 2009. Filsafat Umum : Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra. Bandung: Remaja


Pertanyaan:
Apakah sama makna dari aliran kritisisme dan aliran transedentalisme dari Imanuel Kant ? Jika berbeda, apa perbedaan keduanya?